Kita semua pasti pernah mengalami hari-hari di mana segalanya terasa melelahkan. Kadang, perasaan suntuk, burn out, dan stres muncul bukan hanya karena pekerjaan atau aktivitas yang padat, tetapi juga karena kita merasa kurang bahagia dalam hidup. Padahal, kebahagiaan itu sering kali datang dari hal-hal sederhana, termasuk dari musik yang kita dengarkan. Salah satu cara terbaik untuk menciptakan momen bahagia setiap hari adalah dengan mendengarkan musik relaksasi.

Kok bisa musik berpengaruh dengan kebahagiaan..?

Musik bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga memiliki efek langsung pada otak dan emosi kita. Penelitian dari McGill University menunjukkan bahwa mendengarkan musik yang menenangkan dapat merangsang pelepasan dopamin, hormon yang berperan dalam perasaan bahagia dan kepuasan (Salimpoor et al., 2011). Dengan kata lain, musik relaksasi bisa membantu meningkatkan mood dan mengurangi stres yang kita rasakan.

Selain itu, sebuah studi dari Journal of Positive Psychology menemukan bahwa orang yang secara sadar memilih untuk mendengarkan musik dengan tujuan meningkatkan suasana hati cenderung merasa lebih bahagia dan optimis dalam kehidupan sehari-hari (Ferguson & Sheldon, 2013). Ini membuktikan bahwa kita bisa menciptakan momen bahagia setiap hari hanya dengan memilih jenis musik yang tepat, seperti musik tenang atau musik relaksasi.

Musik Relaksasi sebagai Solusi untuk Momen Bahagia

Salah satu alasan mengapa musik relaksasi begitu efektif dalam menciptakan kebahagiaan adalah kemampuannya untuk menurunkan kadar kortisol, hormon yang berkaitan dengan stres. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Frontiers in Psychology menunjukkan bahwa musik dengan tempo lambat dan melodi lembut dapat membantu menurunkan tekanan darah dan mengurangi ketegangan otot, yang pada akhirnya menciptakan rasa nyaman dan damai (Thoma et al., 2013).

Mendengarkan musik teman tidur sebelum beristirahat juga dapat membantu meningkatkan kualitas tidur, yang pada gilirannya membuat kita merasa lebih segar dan bahagia keesokan harinya. Sebuah studi dari National Sleep Foundation mengungkapkan bahwa musik dengan ritme yang stabil dan melodi menenangkan dapat membantu orang tidur lebih nyenyak dan bangun dengan perasaan lebih positif (National Sleep Foundation, 2020).

Kapan nih harusnya dengerin Musik Relaksasi biar bahagia?

Kamu bisa mulai membiasakan diri untuk mendengarkan musik relaksasi di beberapa momen berikut:

• Saat bangun pagi: Dengarkan musik yang tenang untuk memulai hari dengan perasaan yang lebih rileks.
• Saat bekerja atau belajar: Musik relaksasi bisa membantu meningkatkan fokus dan mengurangi stres.
• Saat bersantai di rumah: Ciptakan suasana nyaman dengan musik yang menenangkan untuk menikmati me-time.
• Sebelum tidur: Dengarkan musik teman tidur agar tidur lebih nyenyak dan tubuh lebih segar keesokan harinya.

Dengarkan Musik Relaksasi dan Rasakan Perbedaannya!

Kebahagiaan tidak selalu datang dari hal-hal besar. Kadang, momen kecil seperti menikmati musik yang menenangkan bisa membuat hidup terasa lebih indah. Jika kamu merasa lelah, stres, atau kurang bahagia, coba dengarkan musik relaksasi dan biarkan melodi lembutnya membantumu menemukan momen bahagia setiap hari.

Yuk, mulai sekarang biasakan mendengarkan musik teman tidur sebelum beristirahat agar kamu bisa merasakan manfaatnya secara langsung! 🎶💙

Cari rekomendasi? Klik link ini, spesial rekomendasi playlist buat teman tidur nyenyakmu!

Referensi:

• Ferguson, Y. L., & Sheldon, K. M. (2013). Trying to Be Happier Really Can Work: Two Experimental Studies. The Journal of Positive Psychology, 8(1), 23-33.
• National Sleep Foundation. (2020). How Music Can Help You Sleep Better. Retrieved from https://www.sleepfoundation.org
• Salimpoor, V. N., Benovoy, M., Larcher, K., Dagher, A., & Zatorre, R. J. (2011). Anatomically Distinct Dopamine Release During Anticipation and Experience of Peak Emotion to Music. Nature Neuroscience, 14(2), 257-262.
• Thoma, M. V., La Marca, R., Brönnimann, R., Finkel, L., Ehlert, U., & Nater, U. M. (2013). The Effect of Music on the Human Stress Response. Frontiers in Psychology, 4, 511.